Menjaga Pendengaran Menggapai Kebeningan Hati
Anggota tubuh yang perlu dijaga selain mata adalah
menjaga telinga dari mendengarkan keburukan. Pertama, Al-Ghazali menganggap
orang yang mendekngar ada sekutu bagi orang yang berbicara, baik dan buruknya
tema pembicaraan.
سَمَّاعُونَ
لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ فَإِنْ جَاءُوكَ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ أَوْ
أَعْرِضْ عَنْهُمْ وَإِنْ تُعْرِضْ عَنْهُمْ فَلَنْ يَضُرُّوكَ شَيْئًا وَإِنْ
حَكَمْتَ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar
berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang
kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka,
atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka
tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan
perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil,
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. (QS. al-Maidah: 42)
Dalil ini menunjukkan larangan sesuatu yang haram
diucapkannya maka haram pula mendengarkannya. Karena mendengarkannya sama
dengan menyetujui tema yang dibicarakannya. Diam terhadap perbuatan ghibah
adalah haram. Dalam ayat yang lain dijelaskan
وَقَدْ نَزَّلَ
عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ ءَايَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا
وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ
غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ
وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di
dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan
diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta
mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya
(kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya
Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di
dalam Jahannam, (QS. an-Nisa`: 140).
Pendek kata, orang yang berkata dan pendengarnya
adalah berserikat dalam dosa, sebagaimana Rasul saw melarang ghibah dan
mendengarkan ghiba.
Kedua, Pengaruh pendengaran terhadap hati sama
dengan pengaruh makanan terhadap perut, ada yang berbahaya adapula yang
bermanfaat, ada yang menjadi gizi, sebaliknya adapula yang menimbulkan
penyakit. Bahkan pengaruh hati itu lebih membekas terhadap hati daripada
pengaruh makanan terhadap perut seseorang. Pengaruh makanan terhadap perut bisa
hilang beberapa waktu, tetapi pengaruh ucapan bisa jadi akan membekas sepanjang
hidup. Atas dasar itulah menjaga pendengaran adalah hal penting yang harus
diperhatikan.
Post a Comment