Bahaya Makan Berlebihan

Berlebihan dalam hal makan sangat tidak dianjurkan dalam ajaran agama Islam, terlebih lagi makanan yang diharamkan, makanan yang halal akan dihisab sedangkan makanan yang haram akan mendatangkan adzab. Bahaya berlebihan makanan membahayakan kesehatan terlebih sangat membahayakan kondisi spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Dalam ceramah singkat ini akan diperdalam pembicaraannya dalam kasus bahaya makan berlebihan terhadap kinerja spirtualitas dalam mendekatkan diri kepada Allah swt. Ditemukan di dalam kitab minhajul abidin karya Imam Ghazali, paling tidak ada 10 bahaya berlebihan makan

Pertama,
إن فى كثرة الأكل قسوة القلب
Sesungguhnya dalam berlebihan makan ada hati yang keras, Bahaya makan berlebihan menyebabkan hati menjadi keras dan hilangnya sinar hati dari petunjuk Allah. Kehilangan sinar hati dari petunjuk Allah adalah kerugian besar bagi seorang mukmin, karena dengan hilangnya petunjuk yang menciptakan hidup ‘nyasar’ dari rel agama yang benar.

Perut yang diisi makanan berlebihan bagaikan memanaskan bejana di atas tungku, sedang di atas bejana yang dipanaskan tadi ada sebuah benda, bila tungku dinyalakan terus menerus maka benda yang berada di atas bejana akan gelap karena asapnya dan bahkan bisa menggosongkan benda tersebut. Kayu sebagai bahan bakar tungku itu adalah makanan sedangkan bejana diserupakan perut dan hati berada di atas perut tersebut. Pada akhirnya hati menjadi gelap dan keruh begitula itulah analogi filosofis hati yang keras karena makan berlebihan

Kedua,
إن فى كثرة فتنة الأعضاء وهيجها وأنبعاثها للفضول والفساد
sesungguhnya banyak makan menyebabkan penyakit bagi anggota tubuh, gerak yang dihasilkannya dan berlebihan serta kerusakan yang ditimbulkannya. Abu Ja’far berpendapat, bila perut dalam keadaan kenyang maka anggota tubuh menjadi lapar, sebaliknya perut lapar (puasa). Maksud dari ungkapan tersebut, bila perut lapar maka anggota tubuh lainnya mudah terjaga dari aktifitas yang tidak perlu atau dengan kata lain sudah kenyang, sebaliknya perut yang berlebihan makan akan menjadikan anggota tubuh lain lapar dan mencari aktifitas yang tidak berkualitas

Terlebih lagi bila sumber makanan itu diperoleh dari usaha yang haram. Makanan dan perut laksana benih dan media tanam, makanan yang haram akan menumbuhkan perbuatan yang haram, begitu pula sebaliknya.

Ketiga
إن فى كثرة الأكل قلة الفهم والعلم
Banyak makan menyebabkan sedikit pemahaman dan pengetahuan, ada unkapan innal bathnah yudzhibna fathonah (perut menghilangkan kecerdasan). Yang dimaksud di sini adalah perut yang berlebihan makanan. Imam Ad Darani ra, seringkali mencegah makan bila ia punya tujuan ukhrawiy hingga tercapai tujuannya. Keempat, Sesungguhnya banyak makan mengurangi ibadah, makan berlebihan membuat badan menjadi bera diajak beribadah, mengantuk dan lain sebagainya. Hal ini tentu sangat logis

Kelima
إن فى كثرة الأكل فقد حلاوة العبادة
Berlebihan makan menghilangkan rasa manisnya beribadah, Dalam hal ini Abu Bakar as-Shiddiq mengaku tidak pernah makan sampai kenyang selma beliau masuk Islam karena khawatir rasa manisnya dalam beribadah berkurang. Oleh karena itu Rasulullah memuji Abu Bakar ra bukan dari segi banyaknya sholat dan puasa, tetapi ia mempunyai sesuatu yang sedikit saja untuk dirinya. Senada dengan pengakuan Ad-Darani ra, bahwa ia lebih manis dalam beribadah bila dalam keadaan perut dan punggungnya menempel (bc. lapar)

Keenam, Banyak makan dikhawatirkan akan terjatuh dalam perkara makan yang syubhat, karena kebiasan makan yang banyak menjadi terbiasa untuk rakus, dalam kondisi demikian sistem filterisasi menjadi berkurang.

Ketujuh
إن فيه شغل القلب والبدن بتخصيله
Banyak makan membuat sibuknya hati dan badan dalam menghasilkannya. Bila kita merenung maka akan kita dapati orang yang butuh makan banyak akan menjadikan dirinya sengsara, sengsara memikirkan banyaknya kebutuhan untuk makan tentu berpengaruh juga dalam usaha memperolehnya, bila sudah memperoleh makan, maka selanjutnya adalah sibuk, memasak kemudian membersihkan wadahnya, tidak sebanding dengan waktu yang dipakai untuk memakan makanan yang telah diusahakan tersebut.

Malik bin Dinar, seorang tokoh sufi terkenal merasa malu bila bolak-balik ke kamar kecil karena buang kotoran atau buang air kecil akibat makanan yang dimakan, hingga beliau berandai-andai, seandainya Allah menciptakan makanannya dari kerikil dimana sekali hisab nutrisinya bisa cukup hingga akhir ajal tiba tentu waktu yang dipakai ibadah bisa lebih lama.

Kedelapan
ما يناله من أمور الأخرة وشدة سكرات الموت
Tidak memperoleh kebaikan dalam urusan akhirat dan memperberat sakaratul maut. Diriwayatkan bahwa beratnya sakaratul maut berbanding terbalik dengan banyaknya mengenyam kenikmatan duniawi, semakin banyak merasakan kenikmatan duniawi, maka semakin berat sakaratyul mautnya.

Kesembilan
نقصان الثواب فى العقبى
Berkurangnya pahala di akhirat, karena telah mendapatkan kenikmatan duniawi sedemikian sehingga berkuranglah kenikmatan di akhirat. Kesepuluh orang yang banyak makan kelak diakhirat dihisabnya lebih lama, karena lebih banyak yang ia pertanggung jawabkan di hadapan Allah swt, makan yang halal ada hisabnya sedangkan makanan yang haram ada adzabnya.

Demikian besar madharat yang didapat bagi orang makan berlebihan, padahal kesepuluh bahaya diatas tersebut adalah prihal makanan yang halal, tentu tidak bisa dibayangkan bagaimana dengan orang yang banyak makan harta yang haram. Makan dalam konteks ini tidak bisa hanya dinilai dari segi sesuatu yang masuk perut,tetapi semua kebutuhan, seperti pakaian, kendaraan, tempat tinggal dan lain lain.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.